Archive

Seo Services

Gaya Tulis

 

1. Gaya Humanistik–Sastrawi (a la Andrea Hirata / Buya Hamka)

  • Ciri: Narasi lembut, melankolis, menggugah sisi kemanusiaan.
  • Dipakai oleh: Kolumnis humanis, jurnalis kisah kemanusiaan, cerita inspiratif.
  • Media contoh: Kompas (rubrik “Hikmah”, “Parodi”), Mojok.id (versi halus)
  • Kesan: Pembaca merasa dekat secara emosional.


2. Gaya Jurnalisme Sastrawi (a la Truman Capote / Leila S. Chudori)

  • Ciri: Menggunakan teknik fiksi dalam karya nonfiksi; ada latar, tokoh, dialog, dan konflik.
  • Dipakai oleh: Reporter investigasi, feature writer, majalah seperti Tempo.
  • Media contoh: Tempo, National Geographic Indonesia, The Jakarta Post (opini mendalam)
  • Kesan: Seperti membaca novel, padahal itu fakta.

3. Gaya Provokatif–Argumentatif (a la George Orwell / Goenawan Mohamad)

  • Ciri: Tajam, penuh retorika, menyentil sistem dan nilai.
  • Dipakai oleh: Penulis opini, esai politik, aktivis, akademisi progresif.
  • Media contoh: Tirto.id, The Conversation Indonesia, Indoprogress
  • Kesan: Menggugah pikiran dan memicu perdebatan.

4. Gaya Ringan–Satiris (a la Agus Noor / Puthut EA / Sujiwo Tejo)

  • Ciri: Humor halus, kritik sosial terselubung, banyak metafora.
  • Dipakai oleh: Penulis budaya, pengamat sosial, penulis kreatif media populer.
  • Media contoh: Mojok.id, Kumparan, Detik X
  • Kesan: Menghibur tapi bikin mikir — seperti ditertawakan dengan santun.


5. Gaya Reflektif–Spiritual (a la Salim A. Fillah / Buya Hamka / Habiburrahman El Shirazy)

  • Ciri: Dalam, tenang, membawa pembaca merenung dan mendekat kepada Tuhan.
  • Dipakai oleh: Penulis religi, kolumnis hikmah, pendakwah literer.
  • Media contoh: Republika (rubrik Islam Digest), media dakwah digital
  • Kesan: Menyejukkan, menyentuh batin.


6. Gaya Data–Naratif (a la Hans Rosling / Harari / Najwa Shihab)

  • Ciri: Kombinasi fakta dan cerita manusia; menggabungkan statistik dengan kisah nyata.
  • Dipakai oleh: Penulis kebijakan publik, jurnalis data, analis ekonomi sosial.
  • Media contoh: BBC Indonesia, Katadata.co.id, Beritagar
  • Kesan: Objektif tapi tidak kering; informatif sekaligus personal.


7. Gaya Pop–Motivatif (a la Tere Liye / Dedy Susanto / Merry Riana)

  • Ciri: Bahasa sederhana, penuh kutipan dan ajakan berubah.
  • Dipakai oleh: Influencer literasi, motivator, content writer lifestyle.
  • Media contoh: Hipwee, IDN Times, Popbela
  • Kesan: Cocok untuk kalangan muda yang butuh semangat dan harapan.


8. Gaya Realisme Psikologis (a la Fyodor Dostoyevsky / Virginia Woolf)

  • Ciri: Menyelam ke batin manusia, menelanjangi konflik moral, pikiran bawah sadar, dan penderitaan eksistensial.
  • Dipakai oleh: Novel serius, esai filsafat, kritik budaya.
  • Media contoh: The New Yorker (fiksi), London Review of Books.
  • Kesan: Menguras jiwa, membuat pembaca merasa bercermin pada sisi tergelap dan paling jujur dari manusia.

9. Gaya Epik–Historis (a la Leo Tolstoy / Gabriel García Márquez)

  • Ciri: Latar sejarah besar dengan kisah manusia kecil di dalamnya; detail kaya, alur panjang, nuansa magis kadang hadir.
  • Dipakai oleh: Novelis sejarah, penulis kisah peradaban, jurnalis naratif global.
  • Media contoh: The Atlantic, New York Times longform.
  • Kesan: Seperti ikut hidup di zaman lain; pengalaman membaca yang agung dan menyeluruh.


10. Gaya Minimalis–Eksperimen (a la Ernest Hemingway / Haruki Murakami)

  • Ciri: Kalimat pendek, lugas, ritme cepat; simbolisme dan absurditas kadang menyusup.
  • Dipakai oleh: Cerpenis, esais kontemporer, penulis kreatif.
  • Media contoh: Granta, The Paris Review.
  • Kesan: Membekas tanpa banyak kata; terasa modern, dingin, tapi menusuk.


11. Gaya Filsafat–Metaforis (a la Albert Camus / Milan Kundera)

  • Ciri: Perpaduan ide filsafat dengan narasi; dialog penuh tanya jawab eksistensial, metafora padat.
  • Dipakai oleh: Esais filsafat, novelis kontemplatif, penulis politik-kebudayaan.
  • Media contoh: The Guardian (opini filosofis), Filosofie Magazine.
  • Kesan: Bikin berpikir ulang tentang hidup; meruntuhkan kepastian, menghadirkan absurditas.


12. Gaya Visioner–Futuristik (a la Isaac Asimov / Yuval Noah Harari)

  • Ciri: Mengaitkan sejarah, ilmu pengetahuan, dan prediksi masa depan; logis tapi imajinatif.
  • Dipakai oleh: Penulis sains populer, analis peradaban, futuris.
  • Media contoh: Scientific American, Wired, Foreign Affairs.
  • Kesan: Membuka cakrawala; membuat pembaca merasa sedang menatap jauh ke masa depan umat manusia.


13. Gaya Radikal–Eksperimen (a la James Joyce / Franz Kafka)

  • Ciri: Struktur bahasa non-linear, penuh simbol, terkadang absurd dan surealis.
  • Dipakai oleh: Penulis avant-garde, kritikus sastra, seniman teks.
  • Media contoh: Literary Hub, n+1 Magazine.
  • Kesan: Membingungkan tapi memikat; membuat pembaca merasa masuk ke mimpi yang tak bisa dijelaskan.


14. Gaya Puitik–Kontemplatif (a la Rainer Maria Rilke / Pablo Neruda)

  • Ciri: Prosa berbunga-bunga namun dalam; penuh liris, simbol alam, cinta, dan kefanaan.
  • Dipakai oleh: Penyair prosa, kolumnis sastra, penulis refleksi hidup.
  • Media contoh: Poetry Foundation, Asymptote Journal.
  • Kesan: Membuat pembaca larut dalam keindahan kata; tenang tapi menusuk perasaan.


15. Gaya Realisme Sosial (a la Charles Dickens / John Steinbeck)

  • Ciri: Mengangkat kehidupan kelas bawah, ketidakadilan sosial, dengan detail kehidupan sehari-hari.
  • Dipakai oleh: Penulis kisah rakyat, jurnalis sosial, novelis rakyat pekerja.
  • Media contoh: The Nation, Jacobin Magazine.
  • Kesan: Menggugah empati; membuat pembaca sadar pada jurang kaya-miskin.


16. Gaya Surealisme–Magis (a la Jorge Luis Borges / Salman Rushdie)

  • Ciri: Realitas bercampur mitos, fiksi bercampur fakta; labirin imajinasi dan alegori.
  • Dipakai oleh: Penulis sastra eksperimental, esais budaya, novel poskolonial.
  • Media contoh: The New Yorker (fiksi), Literary Review.
  • Kesan: Membawa pembaca masuk ke dunia alternatif; penuh teka-teki simbolis.


17. Gaya Liris–Feminis (a la Toni Morrison / Margaret Atwood)

  • Ciri: Suara perempuan kuat, eksplorasi identitas, tubuh, dan kuasa.
  • Dipakai oleh: Penulis feminis, aktivis gender, jurnalis hak perempuan.
  • Media contoh: Ms. Magazine, The New York Times Opinion (gender desk).
  • Kesan: Menggetarkan, penuh luka dan harapan; membuka ruang suara yang lama terpinggirkan.


18. Gaya Epik Modern–Global (a la Chimamanda Ngozi Adichie / Arundhati Roy)

  • Ciri: Narasi panjang tentang sejarah, kolonialisme, dan identitas global; kaya budaya lokal tapi relevan internasional.
  • Dipakai oleh: Novelis dunia ketiga, penulis poskolonial, aktivis HAM.
  • Media contoh: Al Jazeera English, The Guardian Global Development.
  • Kesan: Membawa pembaca pada benturan budaya, politik, dan rasa kemanusiaan universal.


19. Gaya Pop–Kontemporer (a la Stephen King / J.K. Rowling)

  • Ciri: Bahasa mudah, plot kuat, karakter memorable, tapi sarat pesan sosial tersembunyi.
  • Dipakai oleh: Penulis populer, content writer budaya massa, skenario film/TV.
  • Media contoh: Entertainment Weekly, Variety.
  • Kesan: Menghibur sekaligus mengikat emosional; bacaan massal tapi tetap menggigit.


20. Gaya Fragmentaris–Digital (a la David Foster Wallace / Zadie Smith)

  • Ciri: Teks melompat-lompat, multi perspektif, kolase esai–fiksi–catatan kaki.
  • Dipakai oleh: Penulis era internet, esais budaya, kritikus kontemporer.
  • Media contoh: The Atlantic (longform), The Believer.
  • Kesan: Membingungkan tapi kaya; seperti membaca pikiran manusia zaman digital.


21. Gaya Reportase Epik–Global (a la Ryszard KapuÅ›ciÅ„ski / Svetlana Alexievich)

  • Ciri: Reportase panjang dengan nuansa sastra; suara orang kecil jadi pusat sejarah.
  • Dipakai oleh: Jurnalis perang, reporter internasional, penulis testimoni sejarah.
  • Media contoh: Foreign Policy, BBC Features.
  • Kesan: Membawa pembaca menyaksikan tragedi sejarah lewat mata korban langsung.


22. Gaya Postmodern–Dekonstruktif (a la Thomas Pynchon / Jacques Derrida)

  • Ciri: Teks berlapis, penuh parodi, intertekstual, menolak kebenaran tunggal.
  • Dipakai oleh: Penulis eksperimental, kritikus sastra, esais posmo.
  • Media contoh: n+1 Magazine, Postmodern Culture Journal.
  • Kesan: Membuat pembaca ragu pada realitas; teks jadi permainan intelektual.


23. Gaya Puitis–Teologis (a la C.S. Lewis / Jalaluddin Rumi)

  • Ciri: Campuran narasi, hikmah, puisi spiritual; dekat dengan bahasa doa.
  • Dipakai oleh: Penulis religi, penyair sufi, apologet Kristen/Islam.
  • Media contoh: Republika Islam Digest, Poetry Foundation.
  • Kesan: Membawa pembaca merasakan kedekatan dengan yang transenden.


24. Gaya Ekokritik–Lingkungan (a la Rachel Carson / Amitav Ghosh)

  • Ciri: Fiksi dan nonfiksi tentang krisis ekologi; data bercampur lirisisme.
  • Dipakai oleh: Penulis lingkungan, aktivis iklim, jurnalis sains.
  • Media contoh: National Geographic, Mongabay.
  • Kesan: Menggugah kesadaran lingkungan dengan sentuhan emosional.


25. Gaya Cyberpunk–Teknologis (a la William Gibson / Neal Stephenson)

  • Ciri: Dunia futuristik, distopia, teknologi sebagai pusat drama manusia.
  • Dipakai oleh: Penulis fiksi ilmiah, kritikus budaya digital.
  • Media contoh: Wired, MIT Technology Review.
  • Kesan: Membuat pembaca merasa masuk ke masa depan yang gelap dan kompleks.


26. Gaya Otobiografis–Reflektif (a la Maya Angelou / Barack Obama)

  • Ciri: Kisah hidup personal yang mengalir seperti novel; penuh introspeksi.
  • Dipakai oleh: Penulis memoar, aktivis, pemimpin publik.
  • Media contoh: The Atlantic, Oprah Magazine.
  • Kesan: Membuat pembaca merasa ikut menjalani hidup penulis.


27. Gaya Humor Gelap–Satir Radikal (a la Kurt Vonnegut / Jonathan Swift)

  • Ciri: Kritik sosial melalui absurditas dan humor kelam.
  • Dipakai oleh: Penulis satir politik, novelis eksperimental.
  • Media contoh: The Onion (versi serius), McSweeney’s.
  • Kesan: Membuat pembaca tertawa getir; kritik pedas tersampaikan dengan jenaka.


28. Gaya Reportase Psikologis (a la Joan Didion / Janet Malcolm)

  • Ciri: Campuran jurnalisme dan introspeksi; perasaan penulis jadi bagian cerita.
  • Dipakai oleh: Jurnalis feature, penulis esai pribadi.
  • Media contoh: The New Yorker, Harper’s.
  • Kesan: Membawa pembaca ke suasana batin sekaligus fakta keras.


29. Gaya Realisme Brutal (a la Émile Zola / Cormac McCarthy)

  • Ciri: Gambar kehidupan keras, tanpa sensor; kekerasan, darah, dan penderitaan ditulis telanjang.
  • Dipakai oleh: Novelis naturalis, jurnalis kriminal, penulis perang.
  • Media contoh: Crime Report, War Chronicles.
  • Kesan: Membuat pembaca terguncang oleh kenyataan pahit.


30. Gaya Alegoris–Politik (a la Franz Kafka / George Orwell)

  • Ciri: Cerita simbolik, tokoh dan latar jadi perumpamaan politik.
  • Dipakai oleh: Penulis satir, kolumnis politik, dramawan absurd.
  • Media contoh: Tirto.id, The Conversation.
  • Kesan: Menggugah pembaca lewat dongeng yang ternyata kritik tajam.


31. Gaya Puitis–Romantis (a la Khalil Gibran / Pablo Neruda)

  • Ciri: Liris, penuh cinta, melankolis, simbol alam.
  • Dipakai oleh: Penyair cinta, penulis motivasi spiritual.
  • Media contoh: Poetry Society, Asymptote Journal.
  • Kesan: Membuat pembaca larut dalam kerinduan dan keindahan kata.


32. Gaya Minimalisme Modern (a la Raymond Carver / Lydia Davis)

  • Ciri: Narasi sangat singkat, kalimat sederhana, penuh ruang kosong.
  • Dipakai oleh: Cerpenis kontemporer, penulis mikro-fiksi.
  • Media contoh: Flash Fiction Online, Granta.
  • Kesan: Membuat pembaca berpikir lebih banyak dari kata yang sedikit.


33. Gaya Fiksi Ilmiah Filosofis (a la Philip K. Dick / Stanisław Lem)

  • Ciri: Pertanyaan filsafat dalam bentuk sains fiksi; realitas, identitas, kesadaran.
  • Dipakai oleh: Penulis sains fiksi, kritikus budaya teknologi.
  • Media contoh: Sci-Fi Now, Tor.com.
  • Kesan: Membuat pembaca meragukan realitas dan hakikat kemanusiaan.


34. Gaya Esai Budaya–Reflektif (a la Susan Sontag / Edward Said)

  • Ciri: Analisis budaya dengan narasi elegan; kritis tapi puitis.
  • Dipakai oleh: Kritikus seni, akademisi budaya, jurnalis global.
  • Media contoh: London Review of Books, ArtForum.
  • Kesan: Memberi kerangka pikir baru tentang seni dan politik budaya.


35. Gaya Cerita Rakyat–Epik Lisan (a la Chinua Achebe / NgÅ©gÄ© wa Thiong’o)

  • Ciri: Mengangkat tradisi lisan, mitos, cerita rakyat dalam bentuk modern.
  • Dipakai oleh: Penulis poskolonial, penggiat budaya lokal.
  • Media contoh: African Literature Today, World Literature Today.
  • Kesan: Menghubungkan pembaca dengan akar budaya dan hikmah lama.


36. Gaya Spekulatif–Filosofis (a la Ursula K. Le Guin / Octavia Butler)

  • Ciri: Campuran fiksi spekulatif, antropologi, dan filsafat sosial.
  • Dipakai oleh: Penulis spekulatif, futuris sosial.
  • Media contoh: Strange Horizons, Clarkesworld.
  • Kesan: Membawa pembaca membayangkan dunia lain sebagai cermin dunia nyata.


37. Gaya Esai Ilmiah Populer (a la Carl Sagan / Stephen Hawking)

  • Ciri: Ilmu pengetahuan dijelaskan dengan metafora indah dan sederhana.
  • Dipakai oleh: Ilmuwan populer, edukator sains, jurnalis pengetahuan.
  • Media contoh: Scientific American, Cosmos.
  • Kesan: Membuat pembaca jatuh cinta pada sains, bukan takut pada data.


38. Gaya Laporan Globalisasi (a la Thomas Friedman / Fareed Zakaria)

  • Ciri: Analisis ekonomi-politik dunia dengan bahasa populer.
  • Dipakai oleh: Kolumnis internasional, analis geopolitik.
  • Media contoh: Foreign Affairs, CNN Opinion.
  • Kesan: Membuat pembaca merasa memahami dunia dalam satu tarikan napas.


39. Gaya Liris–Traumatis (a la Elie Wiesel / Primo Levi)

  • Ciri: Kesaksian tragedi kemanusiaan dengan bahasa puitis dan hening.
  • Dipakai oleh: Penulis testimoni perang, penyintas genosida, jurnalis HAM.
  • Media contoh: Holocaust Studies Journal, Human Rights Watch Reports.
  • Kesan: Membekas dalam hati, mengingatkan akan penderitaan manusia.


40. Gaya Hybrid–Multimedia (a la The New York Times Multimedia / TED Writers)

  • Ciri: Teks bercampur visual, audio, dan data interaktif; menulis era digital.
  • Dipakai oleh: Jurnalis digital, content creator, penulis interaktif.
  • Media contoh: NYT Interactive, Vox, TED Talks Blog.
  • Kesan: Membawa pembaca seolah hidup di dalam teks; bukan hanya membaca, tapi mengalami.



No Gaya Penulis Ikonis Ciri Utama Kesan
1 Humanistik–Sastrawi Andrea Hirata, Buya Hamka Lembut, melankolis, menggugah rasa Dekat secara emosional
2 Jurnalisme Sastrawi Truman Capote, Leila S. Chudori Fakta ditulis seperti novel Membaca fakta serasa fiksi
3 Provokatif–Argumentatif George Orwell, Goenawan Mohamad Retoris, kritis, tajam Menggugah pikiran, memicu debat
4 Ringan–Satiris Agus Noor, Sujiwo Tejo Humor, metafora, kritik sosial Menghibur tapi bikin mikir
5 Reflektif–Spiritual Salim A. Fillah, Habiburrahman ES Tenang, religius, kontemplatif Menyentuh batin, sejuk
6 Data–Naratif Hans Rosling, Yuval Noah Harari Data + kisah nyata Objektif tapi hidup
7 Pop–Motivatif Tere Liye, Merry Riana Sederhana, inspiratif Memberi semangat
8 Realisme Psikologis Dostoyevsky, Virginia Woolf Menyelam ke batin manusia Membekas, reflektif
9 Epik–Historis Tolstoy, García Márquez Epik sejarah, detail kaya Agung, menyeluruh
10 Minimalis–Eksperimen Hemingway, Murakami Kalimat pendek, simbolis Modern, menusuk
11 Filsafat–Metaforis Camus, Kundera Filsafat dalam narasi Mengguncang keyakinan
12 Visioner–Futuristik Isaac Asimov, Harari Sains + masa depan Membuka cakrawala
13 Radikal–Eksperimen James Joyce, Kafka Non-linear, absurd Membingungkan tapi memikat
14 Puitik–Kontemplatif Rilke, Neruda Prosa liris, simbol alam Tenang, puitis
15 Realisme Sosial Dickens, Steinbeck Hidup kelas bawah, sosial Menggugah empati
16 Surealisme–Magis Borges, Rushdie Mitos + realitas Dunia alternatif
17 Liris–Feminis Toni Morrison, Atwood Suara perempuan, kuasa Menggetarkan, kuat
18 Epik Modern–Global Chimamanda, Arundhati Roy Identitas, kolonialisme Universal, humanis
19 Pop–Kontemporer Stephen King, Rowling Plot kuat, karakter ikonik Massal tapi menggigit
20 Fragmentaris–Digital David Foster Wallace, Zadie Smith Kolase teks, multi perspektif Kaya tapi rumit
21 Reportase Epik–Global KapuÅ›ciÅ„ski, Alexievich Reportase panjang, testimoni Menyaksikan tragedi
22 Postmodern–Dekonstruktif Pynchon, Derrida Parodi, intertekstual Realitas jadi permainan
23 Puitis–Teologis C.S. Lewis, Rumi Spiritual, doa, hikmah Transendental
24 Ekokritik–Lingkungan Rachel Carson, Amitav Ghosh Ekologi + lirisisme Sadar lingkungan
25 Cyberpunk–Teknologis William Gibson, Stephenson Futuristik, distopia Dunia gelap digital
26 Otobiografis–Reflektif Maya Angelou, Obama Memoar personal Dekat, inspiratif
27 Humor Gelap–Satir Kurt Vonnegut, Swift Absurditas, satire pedas Tertawa getir
28 Reportase Psikologis Joan Didion, Janet Malcolm Fakta + introspeksi Batin + realitas
29 Realisme Brutal Émile Zola, McCarthy Kehidupan keras, telanjang Mengguncang jiwa
30 Alegoris–Politik Kafka, Orwell Dongeng simbol politik Kritik tajam
31 Puitis–Romantis Gibran, Neruda Liris cinta, alam Melankolis, indah
32 Minimalisme Modern Raymond Carver, Lydia Davis Singkat, sederhana Membekas dalam kesunyian
33 Fiksi Ilmiah Filosofis Philip K. Dick, Lem Identitas, realitas, sains Meragukan dunia nyata
34 Esai Budaya–Reflektif Sontag, Edward Said Analisis budaya elegan Kerangka pikir baru
35 Cerita Rakyat–Epik Lisan Achebe, NgÅ©gÄ© Tradisi lisan modern Akar budaya
36 Spekulatif–Filosofis Le Guin, Octavia Butler Dunia spekulatif Cermin sosial
37 Esai Ilmiah Populer Carl Sagan, Hawking Sains indah, mudah Membuat cinta sains
38 Laporan Globalisasi Friedman, Zakaria Analisis geopolitik Memahami dunia
39 Liris–Traumatis Elie Wiesel, Primo Levi Kesaksian tragedi Membekas, hening
40 Hybrid–Multimedia NYT Multimedia, TED Teks + visual interaktif Mengalami, bukan membaca


📚 Kategori Gaya Penulisan Dunia (40 Gaya)

A. Humanistik & Spiritual

  1. Humanistik–Sastrawi (Andrea Hirata, Buya Hamka)

  2. Reflektif–Spiritual (Salim A. Fillah, Habiburrahman ES)

  3. Puitis–Teologis (C.S. Lewis, Rumi)

  4. Puitis–Kontemplatif (Rilke, Neruda)

  5. Puitis–Romantis (Gibran, Neruda)

  6. Liris–Traumatis (Elie Wiesel, Primo Levi)


B. Jurnalisme & Esai

  1. Jurnalisme Sastrawi (Truman Capote, Leila Chudori)

  2. Data–Naratif (Hans Rosling, Harari)

  3. Reportase Epik–Global (KapuÅ›ciÅ„ski, Alexievich)

  4. Reportase Psikologis (Joan Didion, Janet Malcolm)

  5. Esai Budaya–Reflektif (Sontag, Edward Said)

  6. Laporan Globalisasi (Friedman, Zakaria)

  7. Esai Ilmiah Populer (Carl Sagan, Stephen Hawking)


C. Politik, Sosial & Satir

  1. Provokatif–Argumentatif (Orwell, Goenawan Mohamad)

  2. Realisme Sosial (Dickens, Steinbeck)

  3. Alegoris–Politik (Kafka, Orwell)

  4. Humor Gelap–Satir (Vonnegut, Swift)

  5. Ringan–Satiris (Agus Noor, Sujiwo Tejo)


D. Fiksi Historis & Epik

  1. Epik–Historis (Tolstoy, García Márquez)

  2. Epik Modern–Global (Chimamanda, Arundhati Roy)

  3. Cerita Rakyat–Epik Lisan (Achebe, NgÅ©gÄ© wa Thiong’o)


E. Fiksi Psikologis & Filosofis

  1. Realisme Psikologis (Dostoyevsky, Woolf)

  2. Filsafat–Metaforis (Camus, Kundera)

  3. Fiksi Ilmiah Filosofis (Philip K. Dick, Lem)

  4. Spekulatif–Filosofis (Le Guin, Octavia Butler)


F. Eksperimental & Modern

  1. Minimalis–Eksperimen (Hemingway, Murakami)

  2. Minimalisme Modern (Raymond Carver, Lydia Davis)

  3. Radikal–Eksperimen (Joyce, Kafka)

  4. Postmodern–Dekonstruktif (Pynchon, Derrida)

  5. Fragmentaris–Digital (David Foster Wallace, Zadie Smith)


G. Populer & Kontemporer

  1. Pop–Motivatif (Tere Liye, Merry Riana)

  2. Pop–Kontemporer (Stephen King, Rowling)

  3. Visioner–Futuristik (Asimov, Harari)

  4. Hybrid–Multimedia (NYT Multimedia, TED)


H. Alam, Ekologi & Teknologi

  1. Ekokritik–Lingkungan (Rachel Carson, Amitav Ghosh)

  2. Cyberpunk–Teknologis (William Gibson, Neal Stephenson)


I. Memoar & Realisme Keras

  1. Otobiografis–Reflektif (Maya Angelou, Obama)

  2. Realisme Brutal (Émile Zola, McCarthy)


J. Feminisme & Identitas

  1. Liris–Feminis (Toni Morrison, Atwood)

  2. Surealisme–Magis (Borges, Rushdie) (sering juga masuk ke identitas poskolonial & mitos)



Tidak ada komentar:

ads 728x90 B
Diberdayakan oleh Blogger.